Kamis, 03 Januari 2008

Waspada : Biaya Tetap / Fixed Cost

Tulisan ini sebenarnya terinspirasi dari tulisan Pak Roni. Kebetulan hal ini pernah saya alami sendiri.

Tapi sebelumnya mungkin sebagian dari kamu ada yang bertanya apa itu biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang rutin harus kita keluarkan setiap bulannya. Tidak bisa tidak. Harus. Jumlahnya bisa naik bisa turun. Seperti listrik, telepon, air bisa naik bisa turun, tapi tiap bulan harus kita bayar. Sewa tempat dan gaji karyawan itu
tidak berubah.

Untuk pemula atau kita baru buka usaha baru, ini perlu kita perhatikan. Karena ini yang akan menjadi pengeluaran kita setiap bulannya, ini kan biaya operasional. Katakan di bulan-bulan pertama usaha kita masih minus, maka kita harus bayar ini, Nah berapa lama kita sanggup bertahan tergantung dari  modal  untuk nutupin operasional.

Ada 2 pengalaman mengenai hal ini. Yang pertama ketika saya membuka rental VCD lewat franchise. Yang terjadi pada saya adalah saya tidak memperhitungkan berapa operasional yang harus saya keluarkan tiap bulannya. Saya set gaji karyawan besar untuk ukuran Bandung, dengan pemikiran gimana mau hidup layak kalo gajinya dibawah itu. Perhitungan untuk listrik, telepon dan internet meleset jauh dari perhitungan saya.

Seharusnya saya lebih teliti menghitung listrik, telepon dan internet. Untuk gaji, harusnya saya pancing mereka dengan bonus, insentif dan tunjangan. Take home pay nya bisa sama. Tapi nilainya bisa langsung konversi dengan kinerja mereka dan toko.

Bisnis baru itu ternyata ada 2 model, ada yang langsung rame dan ada yang lama rame. Saya tipe yang pertama. Makanya saya tenang di bulan-bulan awal. Tapi mati perlahan-lahan. Usaha saya hanya untung di 3 bulan pertama. Lama-kelamaan semakin sulit buat saya bayar biaya tetap tadi. Genjot penjualan tanpa sistem pondasi yang kuat juga gak hasil. Seperti banyak pakar penjualan berbicara, menurunkan harga itu sifatnya hanya sementara. Itu yang saya lakukan lewat promosi-promosi khusus. Kalo kelamaan jadinya bukan promosi, konsumen biasa aja.

Pengalaman yang kedua adalah ketika saya jualan makanan. Waktu itu juga saya tanpa perhitungan mau jualan apa. Ada counter bagus deket rumah, di Superindo langsung saya ambil. Kebetulan saya sudah naksir berbulan-bulan. Saya ambil sebulan 900rb. Itu yang pertama. Yang kedua saya akhirnya saya jualan burger dan donat. Untuk donat, saya putuskan ambil senilai 50rb. Yang ini yang parah. Donatnya hanya tahan 2 hari. margin saya ambil 30 persen. Yang habis di seminggu pertama cuma 20%. Kebayang deh seminggu aja pengeluarannya berapa? Untuk donat udah 150 rb. Yang masuk cuma 20% ditambah untung 30%. Ternyata saya cuma punya buat nombok sampai 2 minggu. Mati deh gwa.... Akhirnya 2 minggu kemudian saya stop. Saya jualan gak sampai sebulan jadinya.

Tapi dua pengalaman ini benar-benar berharga. Akhirnya, saya sekarang masih gerilya dulu jualannya. Karena saya hati-hati sama biaya tetap ini. Yang paling besar menyita sich biasanya soal tempat. Itu yang mahal. Hati-hati, apalagi kalo ada tawaran murah tap ada syaratnya.







Blogged with Flock

0 komentar: